Avoidant Attachment dan Dampaknya terhadap Relasi Interpersonal
Attachment Style yang terbentuk selama masa perkembangan anak berperan signifikan dalam pola hubungan interpersonal di usia dewasa. Avoidant attachment merupakan salah satu bentuknya, ditandai dengan preferensi menjaga jarak emosional serta Tingkat kenyamanan yang rendah terhadap kedekatan interpersonal. Individu dengan gaya ini sangat menekankan kemandirian yang rendah terhadap kedekatan interpersonal. Individu dengan gaya ini sangat menekankan kemandirian dan otonomi, yang sering kali mengesampingkan kebutuhan akan intimasi, sehingga menghasilkan pola hubungan yang kompleks dan penuh hambatan.
Dalam praktiknya, dampak avoidant attachment terhadap relasi interpersonal sangat nyata dan seringkali merugikan. Individu dengan gaya ini cenderung menutup diri , menghindari konflik , dan sulit untuk membuka perasaan yang dalam. Ketika hubungan menjadi semakin dekat atau muncul masalah, mereka biasanya menarik diri secara emosional maupun fisik. Perilaku ini sering disalahtafsirkan oleh pasangan sebagai sikap dingin , tidak peduli , atau tidak berkomitmen. Padahal , di baliknya seringkali terdapat ketakutan yang mendalam terhadap ketergantungan atau kekhawatiran akan kehilangan kebebasan diri.
Kesadaran adalah pintu pertama yang harus diketuk. Bagi mereka yang cenderung menjaga jarak, memahami akar dari rasa takut terhadap kedekatan dapat menjadi titik balik. Sementara itu, orang yang berada disamping mereka membutuhkan hati yang sabar dan kata – kata penuh pengertian. Meski jalannya tidak mulus, keintiman yang sehat tetap mungkin tetap tercapai. Sedikit demi sedikit, mereka bisa belajar mempercayai hubungan tanpa merasa terpojok atau kehilangan ruang diri.